Posted on 06-Aug-2018
Mindfulness adalah menyadari secara penuh akan apa yang terjadi pada momen saat ini tanpa penghakiman dan reaksi otomatis yang reaktif. Ini adalah suatu keadaan / kondisi dan juga merupakan ketrampilan yang dapat dikembangkan dengan kesabaran dan latihan. Lawan dari mindfulness adalah mindless.
Bayangkan kita memiliki seorang anak balita. Suatu saat anak kita ini sedang menuang air ke gelasnya untuk ia minum, karena gerak motoriknya yang belum kuat, tiba-tiba ia menumpahkan air dan menjatuhkan gelas…. PRANGGG… Pecahlah gelas berkeping-keping dan air tumpah kemana-mana. Jika kita berada dalam kondisi mindless, maka kita akan merespon dengan nada marah : “Kamu gimana sihh… Tuang gelas aja gak bisa… Lihat ini pecah berantakan!!” Jika kita dalam kondisi mindful, maka kita akan menarik napas sejenak, menenangkan diri, kemudian berkata : “Sudah, nanti dibersihkan. Hebat, kamu sudah bisa tuang air ke gelas yah… Nanti kalau coba lagi lebih hati-hati yah”.
Beberapa orang mengekspresikan mindless dalam bentuk cepat menghakimi dan menyalahkan orang lain, menyalurkan energi kemarahan dengan menyerang, mengejek, dan merasa mendapat pembenaran atas kemarahannya. Beberapa orang lain mengekspresikan mindless mereka dengan mendiamkan, pasif-agresif, menarik diri. Apapun bentuk mindless yang diekspresikan, biasanya berasal dari perasaan bahwa kita :
Mindless adalah ibarat seperti memilih jalan "gampangan" dengan memberikan respon reaktif mengikuti impuls, dorongan agresi, nafsu membalas, rasa tidak mau kalah, ataupun mekanisme menyerang & menghindar (fight & flight).
Sementara mindful adalah ibarat seperti memilih jalan "terjal" dengan memberikan respon proaktif yang melibatkan akal budi, hati nurani, nilai-nilai kebaikan, rasa empati, maupun tujuan mulia.
Mindfulness dapat dilatih setiap saat dengan membangun kondisi kesadaran diri secara penuh, terutama saat mengalami hal yang tidak menyenangkan / mengecewakan. Saat menghadapi kejadian / situasi tidak menyenangkan, jangan langsung berespon reaktif. Ambil waktu selama beberapa detik untuk mengontrol pikiran dan perasaan agar mampu berucap dan bertindak dengan terkendali dan lebih efektif.
Dengan mempraktekkan mindfulness, kita mengambil tanggung jawab penuh terhadap respon kita. Tidak membiarkan orang lain / situasi yang mengendalikan kita melainkan kita-lah yang mengendalikan impuls, reaksi emosional, maupun pikiran dan perasaan kita terhadap orang lain / situasi.
Mindfulness juga merupakan suatu ketrampilan regulasi diri untuk mengelola perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki.
Bayangkan kembali kita adalah seorang karyawan baru di salah satu perusahaan retail elektronik. Kita bekerja dibagian warehouse, dibawah pengawasan para senior. Suatu saat kita sedang menghitung jumlah fisik barang charger wireless handphone terbaru. Jumlah fisik barang ada 35. Tiba-tiba senior kita datang menghampiri dan membuka salah satu bungkusan charger tersebut dan bermaksud membawanya pulang untuk “product testing”. Sang senior pun meminta kita menuliskan jumlah fisik barang 34 di faktur yang ada. Saat kita bertanya untuk klarifikasi, sang senior menjelaskan bahwa hal seperti ini sudah biasa terjadi. Lagipula satu charger tersebut untuk dites di rumah agar bisa tahu fungsinya dan supaya bisa menjelaskannya dengan lebih baik ke pelanggan.
Jika kita bertindak mindless, maka kita langsung menuruti senior kita untuk menulis jumlah item sebanyak 34 tanpa berpikir Panjang. Toh, ternyata hal seperti ini sudah biasa dan banyak dilakukan para senior. Lagipula, 1 barang yang diambil adalah untuk keperluan testing yang nantinya bisa berguna untuk menjelaskan produk tersebut ke pelanggan.
Sebaliknya, jika kita bertindak mindful, maka kita akan menggali nilai-nilai dalam diri dengan bertanya pada diri sendiri : apakah ini hal yang benar? Apakah ini adil bagi yang lain? Apakah ada yang dirugikan? Apakah saya bangga melakukannya? Dan kemudian mengambil keputusan untuk berani menolak permintaan senior dan berani mengambil resiko untuk dijauhi dan bahkan di-bully oleh mereka.
Mindful Vs mindless adalah mengenai pertempuran antara diri yang proaktif vs reaktif, antara diri yang berakal budi vs diri yang impulsif, antara diri yang dipandu oleh nilai vs diri yang dipandu oleh nafsu. Lalu, diri mana yang akan menang dalam pertempuran ini? Jawabannya adalah diri yang paling sering kita latih.
WHAT WE PRACTICE GROWS STRONGER