Musim kehidupan

by Erick Iskandar


Posted on 26-Jun-2016



Fase-fase berikut ini telah kita kenal dan sebagian besar dari kita telah melaluinya dengan baik : fase balita, fase anak-anak, fase remaja, fase dewasa. Fase-fase tersebut berjalan begitu natural dan kita pun berjalan mengikutinya dengan proses perubahan dan pertumbuhan yang mampu kita sesuaikan dengan tuntutan alamiah fase tersebut.

Jika fase-fase tersebut berjalan begitu natural, ada pula fase-fase kehidupan yang meminta kita untuk lebih berani, lebih peka, lebih tegas dalam berjalan mengikutinya. Ibarat musim, setiap rentang pertambahan usia yang telah kita capai terdiri dari fase-fase yang beralih dari satu tahap ke tahapan berikutnya. 

Adakah kita pernah secara familiar melalui fase-fase ini : 

Dari dipimpin menjadi memimpin,

Dari kurang menjadi cukup,

Dari sulit menjadi mudah,

Dari lemah menjadi kuat,

Dari bungkuk menjadi tegap,

Dari kasar menjadi santun,

Dari rapuh menjadi kokoh,

Dari tidur menjadi bangun,

Dari mentah menjadi matang

Dari mengambil menjadi memberi

Dari memiliki menjadi 'Menjadi'

Dari berguna bagi satu orang menjadi berguna bagi ribuan orang,

Benar bahwa roda kehidupan senantiasa berputar. Namun terkadang roda itu tidak berputar sendiri. Ia meminta kita untuk memutarnya. 

Pekalah terhadap bisikan maupun teriakan dari dalam yang telah dengan lembut dan tegas menyapa kita untuk senantiasa melangkah maju dan senantiasa memutar roda kehidupan kita terus menerus.

Apa yang menjadi misi dari peran yang sedang kita jalani saat ini? Adakah misi tersebut menggelorakan antusiasme kita? Adakah misi tersebut telah menambah kecintaan kita pada peran kita? Adakah misi tersebut telah kita penuhi dengan totalitas? Tidakkah setiap musim dari fase kehidupan sebenarnya adalah penugasan dan penuntasan misi? Memahami dan menyadari misi tersebut merupakan langkah awal yang kokoh untuk dapat menjalani setiap peran yang kita emban.

Langkah berikutnya adalah menyadari bahwa ada misi lain yang telah memanggil dan menunggu. Seringkali kita terpaku dan diam pada peran yang telah kita jalani sekian lama. Musim senantiasa berganti, roda senantiasa berputar. Tidakkah demikian juga halnya dengan misi kita? Apa sebenarnya yang menjadi misi kita berikutnya? Mengapa terkadang begitu sulit untuk mengambil langkah dalam beralih menuju misi berikutnya?

Rasa takut, bimbang, tidak pasti, tidak aman, dan rasa-rasa lainnya adalah kewajaran yang menyertai dalam proses peralihan menuju misi berikutnya. Namun tentu kita tidak akan membiarkan adanya ruang yang besar bagi rasa-rasa ini untuk menggerogoti kebesaran diri kita. Penuhi ruang dalam diri kita dengan optimisme, keyakinan, harapan, kemantapan, keteguhan, dan iman. Dengan ruang yang penuh tersebut, tidak ada yang tidak mampu kita lakukan untuk beralih menuju misi kita berikutnya.

Sahabat, lain kali saat menyaksikan panas kemarau beralih menjadi hujan yang meneduhkan, ingatlah bahwa bisa jadi itu adalah pertanda panggilanmu untuk menemukan misimu berikutnya untuk kau penuhi dan kau tuntaskan.