Memberdayakan orang lain

by Erick Iskandar


Posted on 06-Mar-2020



Cerita ini terjadi ketika zaman surat-menyurat masih lazim.

 

 

Suatu hari ada seorang Pria sedang pergi ke kantor jasa pengiriman untuk membeli prangko. Ia bergegas ke loket penjualan dan memesan “saya mau beli 20 prangko”. Mba petugas di loket pun menjawab “maaf, saya gak bisa membantu Bapak. Kita gak punya cukup prangko buat Bapak.” “Oh ya oke, berikan saja yang Mba punya sekarang, saya akan beli. Berapa yang Mba punya sekarang?” tanya sang Bapak. “Ada 25 pak” jawab sang Mba petugas. Sang Bapak mengira si Mba bercanda, namun dari wajahnya tampak si Mba petugas menjawab serius. Sang Bapak pun bertanya “25 ? Kan yang saya butuhkan cuma 20 !” “ya saya tahu Pak”, jawab si Mba petugas. “Tapi saya harus menyimpan 25 prangko sebagai stok sepanjang waktu. Jadi saya gak bisa jual prangko ini ke Bapak.” “Lalu kenapa Mba mesti nyimpan 25 prangko itu terus tanpa dipakai sama sekali?” tanya sang Bapak yang mulai sewot. “Saya juga kurang tahu Pak”, jawab si Mba dengan tatapan bingung, “memang itu aturannya”.

 

 

Wow, bayangkan apa jadinya jika karyawan / anggota tim kita melakukan pekerjaan dalam kesehariannya dengan motivasi keterpaksaan dan mindset hanya sekedar mengikuti jobdesc, hanya sekedar melakukan karena "sudah dari dulu aturannya begitu" - tanpa mengetahui gambaran besar atau arti penting pekerjaan mereka bagi organisasi dan customer.

 

 

Seperti si Mba petugas penjual prangko diatas yang sekedar mengikuti jobdesc tanpa bersikap kritis terhadap aturan di balik tugas pekerjaannya, maka yang terjadi adalah bekerja dengan keterpaksaan, tanpa kreativitas, tanpa PEMBERDAYAAN DIRI dan makna penting pekerjaannya bagi orang lain. Akibatnya, customer pun menjadi korban karena pelayanan yang tidak optimal dari sang karyawan.

 

 

Jika Mba penjual prangko dalam cerita diatas merupakan karyawan yang “terberdaya” (empowered employee), maka ia akan secara kritis mampu mempertanyakan peraturan mengenai stok prangko tersebut, mencari tahu, berkonsultasi, dan memberikan saran perbaikan terhadap SOP demi menjaga dan meningkatkan kepuasan customer.

 

 

PEMBERDAYAAN (EMPOWERMENT) adalah suatu proses untuk mengeluarkan kekuatan dalam diri orang lain – berupa pengetahuan, pengalaman, motivasi – dan memfokuskan kekuatan tersebut untuk mencapai tujuan positif organisasi.

 

 

Sebagai Pemimipin, langkah-langkah berikut dapat kita lakukan untuk anggota tim kita dalam upaya memberdayakan mereka :

 

 

Share The Big Picture. Bagikan informasi penting mengenai organisasi kita : visi, misi, values, kondisi pasar, strategi perusahaan tahun ini, bahkan kondisi keuangan perusahaan. Dengan membagikan informasi penting terkait organisasi, kita membangun rasa ownership pada anggota tim kita. Pastikan pula kita membantu mereka untuk memaknai bahwa peran keseharian mereka (the little picture) sangatlah penting terhadap tujuan dan keberhasilan organisasi (the big picture) untuk maju dan bertumbuh.

 

 

Ask for their opinions. Sering-seringlah menanyakan pendapat mereka. Kepemimpinan bukanlah sekedar memberi perintah, namun juga adalah mengenai mengajukan pertanyaan yang memberdayakan. Pemimpin yang baik akan selalu mengajukan pertanyaan yang mendorong anggota tim untuk berpikir dan menggunakan potensi mereka untuk memecahkan masalah dan melakukan perbaikan. Pertanyaan seperti : “menurutmu apa yang terbaik yang perlu kita lakukan? Apa yang akan kau lakukan seandainya hal tersebut bisa diulang? Apa pembelajaran yang kau dapatkan dari peristiwa ini? Apa yang akan kau lakukan untuk membawa kita lebih maju dan berkembang?” Pertanyaan-pertanyaan ini akan memberdayakan anggota tim kita dan mendorong mereka untuk bertindak aktif melakukan terobosan yang diperlukan.

 

 

Give them power. Berikan anggota tim kita kewenangan dan otoritas untuk mengambil keputusan penting. Hilangkan penghalang seperti struktur hirarkis / komando terpusat / sikap feodal. Kuasailah kemampuan untuk mendelegasikan pekerjaan dengan efektif. Pahami keunikan setiap anggota tim kita, dan berikanlah kewenangan sesuai dengan kekuatan dan kompetensi mereka. Pemimpin yang memiliki rasa tidak aman (insecure) akan cenderung menjadikan dirinya sendiri berprestasi dan menghalangi orang lain untuk juga menunjukkan prestasi, karena ia akan merasa terancam. Sedangkan Pemimpin yang secure akan memberikan kewenangan dan mendukung anggota timnya untuk menunjukkan prestasi.

 

 

Use the words of encouragement. Seringlah menemukan anggota tim kita melakukan kinerja yang baik dan kemudian berikanlah apresiasi secara spontan dan tulus. Berikan dukungan dan dorongan semangat untuk menguatkan keyakinan mereka pada diri sendiri. Kata-kata seperti “Hei, great job !”, “Wow, saya senang kamu melakukannya, thanks yah!”, “That’s a great idea, how smart!”, “Saya yakin kamu mampu melakukannya, karena kamu bisa!” “I am proud of you!” “Saya sangat terbantu dengan peranmu, terima kasih banyak!”, “I am glad to have you on my team!”. Kata-kata positif yang diucapkan dari hati yang positif akan memberikan dampak postif pada kinerja anggota tim kita dan memampukan mereka untuk mengeluarkan potensi terbaik mereka di masa yang akan datang.

 

 

Selamat menempuh perjalanan kepemimpinan dengan penuh kegembiraan dalam memberdayakan orang lain.