Posted on 12-Mar-2024
Di tengah era kerakusan dunia korporasi, meningkatnya kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, serta para pemimpin perusahaan yang agresif memperkaya dirinya sendiri…. Ternyata masih ada kisah yang sulit dibayangkan ada dalam realita dunia korporasi masa kini. Kisah mengenai seorang Pemimpin dari Market Basket.
Market Basket adalah suparmerket yang terletak di area New England di Amerika Serikat yang memiliki 88 store yang tersebar di negara bagian New Hampshire, Massachusetts, Maine, dan Rhode Island.
Tahun 2014, para karyawan dari Market Basket + customer mereka melakukan gerakan protes secara massal untuk mendapatkan kembali CEO yang mereka “sayangi.”
Coba anda bayangkan…. Anda sebagai CEO “ditendang” dari jabatan anda oleh jajaran Komisaris yang dipimpin oleh sepupu anda sendiri – yang memiliki 50,5% saham perusahaan… Sampai akhirnya anda mendapatkan kembali posisi anda sebagai CEO karena para karyawan anda menolak untuk bekerja bagi bos yang baru dan para customer anda melakukan boikot produk.
Itulah yang terjadi pada Presiden Market Basket, Arthur T. Demoulas.
Alkisah dua orang sepupu, Arthur T. dan Arthur S. Demoulas mewarisi bisnis supermarket Market Basket dari kakek mereka, dan Arthur T. memimpin pertumbuhan perusahaan tsb sampai memiliki 77 toko. Namun ketegangan dan konflik antara dua sepupu tsb terjadi selama bertahun-tahun yang melibatkan berbagai intrik dan politik kepentingan.
Para karyawan telah lama mengenal dan berpihak pada Arthur T. , yang dikenal telah melakukan banyak advokasi dan berjuang melawan sepupunya untuk memastikan para karyawan Market Basket mendapatkan gaji yang memadai, bonus yang layak, serta dana pensiun yang berlimpah. Arthur T. dikenal sebagai pemimpin yang memprioritaskan karyawan di atas keuntungan perusahaan. Ia memiliki keterikatan emosional yang positif dengan para karyawan. Kemurahan hati dan kepeduliannya sering menjadi perbincangan diantara para karyawan dan para pelanggan. Ia sering menelepon dan mengunjungi karyawannya yang sakit. Menanyakan kabar istri / anak-anak / keluarga para karyawan. Menghadiri pemakaman keluarga karyawan yang meninggal. Para karyawan Market Basket menganggap perusahaannya sebagai sebuah keluarga besar dan Arthur T. adalah ayah mereka sendiri.
Tahun 2008, seiring krisis ekonomi global, Market Basket kehilangan profit-sharing yang dialokasikan untuk dana pensiun karyawan sebesar $46 juta dollar. Arthur T. bersikeras agar perusahaan-lah yang meng-cover alokasi tsb, namun sepupunya yaitu Arthur S. menolak dan mempengaruhi dewan komisaris untuk memecat Arthur T.
Arthur S. mengambil alih peran CEO namun tidak menempatkan kebutuhan karyawan sebagai yang utama seperti yang dilakukan oleh sepupunya. Arthur S. tidak mengantisipasi maupun mendengarkan apa yang dibutuhkan karyawan terhadap pemimpinnya. Akhirnya karyawan pun melakukan pergerakan. Mereka bersikukuh untuk bekerja dan mengabdi hanya pada pemimpin yang peduli pada mereka. Karyawan pun melakukan protes untuk menuntut dikembalikannya Arthur T. sebagai pemimpin mereka.
Tidak hanya itu, para karyawan juga mengajak para konsumen Market Basket melakukan protes. Mereka menyelipkan flyer bertuliskan “We are Market Basket and we need your help.” Pelanggan pun mulai melakukan boikot. Tidak lama kemudian, lebih dari 2.000 orang karyawan melakukan protes di kantor pusat meminta Arthur T. dikembalikan sebagai CEO mereka – kendati mereka mendapat peringatan akan dipecat. Manajemen Market Basket pun benar-benar melakukan pemecatan terhadap karyawan yang ikut protes, termasuk Tom Trainor yang telah bekerja disana selama 40 tahun.
Karyawan pun semakin bersatu dan akhirnya 5.000 orang melancarkan protes dan mendengarkan Tom Trainor memberikan speech:
“Yesterday, I was fired. Today, I’m fired up. I am Market Basket. And I always will be Market Basket. We started something on Friday and that job is not finished yet. At Market Basket we always finish; we always stay until the job is done. We know you’re afraid; we all are. This is history in the making. Never before has a company galvanized together from top senior management down to part-time/front-line workers for one goal. The goal is to bring ATD (Arthur T. Demoulas) back.”
Customer pun terlibat dalam rangkaian protes. Banyak customer yang berbelanja di kompetitor dan kemudian menempelkan struk belanja mereka di jendela-jendela Market Basket. Sebanyak 45.000 customer menandatangani petisi. Customer merasa bahwa para karyawan sedang melakukan hal yang benar dan customer pun mendukung mereka dengan memakai t-shirt bertuliskan “I’m the customer, you can’t fire me, I quit!” Customer juga memasang papan sign di toko bertuliskan “Please come back Arthur T. ; I had to shop at Shaw’s this week.” Facebook page “We are Market basket” memperoleh 90.000 likes.
Akibat aksi ini, Market Basket sempat berhenti beroperasi selama enam minggu.
Setelah melalui berbagai perjuangan, akhirnya Arthur T. berhasil kembali menjadi CEO. Saat operasional Market Basket sempat terhenti, Arthur T. mendapat suntikan dana dari sebuah perusahaan ekuitas swasta sebesar $1,5 milliar untuk membeli kepemilikan saham dari sepupunya dan dengan demikian Arthur T. kembali memegang kepemimpinan sebagai CEO.
Saat pengukuhan jabatannya kembali, Arthur T. memberikan speech-nya yang inspiratif:
“You’re all so very, very special and all I can say is it’s great to be back together again…. Words cannot express how much I miss you and words cannot express how much I love you.
You’ve demonstrated that in this organization here at Market Basket, everyone is special. You have demonstrated that everyone here has a purpose; you have demonstrated that everyone has meaning and that no one person is better or more important than another.
You proved, all of you, that your grassroots effort to save your company and harness thousands and thousands of people was not about a family conflict or Greek tragedy but more about fairness, justice, and a solid moral compass that unites the human soul."
Ketika kembalinya Arthur T. sebagai CEO diumumkan, para karyawan, vendor, dan customer serentak bergembira. Mereka berpelukan, membasuh air mata, dan berdansa gembira di lorong-lorong supermarket. Para vendor dan karyawan bekerjasama menata kembali rak-rak barang.
Setelah para karyawan berhasil mencapai tujuan mereka, mereka menulis pada blog We are Market Basket:
“….. Now that we have successfully helped to save the Company and CEO we love, the challenge becomes a new one: how do we cultivate the “We Are Market Basket” way?
Now that the fanfare has faded we can concentrate on business while at the same time being acutely aware of the fact that while our company has not changed, the image of it has been altered forever. It is now a beacon of hope for employees everywhere that their voices matter in the cold, shareholder-driven business world. It has a social conscience which places the welcomed responsibility on our shoulders to be good, charitable members within the communities we serve.”
Perlu dicatat bahwa Market Basket tidak memiliki serikat pekerja. Pergerakan yang dilakukan para karyawan adalah murni pergerakan mandiri yang bertujuan mendapatkan kembali CEO mereka.
Kisah Arthur T. adalah kisah mengenai bagaimana kepemimpinan yang didasarkan pada kepedulian, kebaikan, dan nilai-nilai luhur telah menjadi cahaya yang mampu menggerakkan orang-orang untuk berjuang mempertahankan organisasi dan mencapai kesejahteraan bersama.
Bagaimana dengan kita sebagai pemimpin? Mungkin belum sampai pada tahap mampu menggerakkan orang-orang secara massal, namun paling tidak dimulai dari menunjukkan kepedulian pada anggota tim secara konsisten dan terus menerus. Kiranya tabungan kepedulian yang kita tebarkan tersebut akan terakumulasi menjadi kekuatan yang menginspirasi orang-orang untuk berjuang mencapai kesejahteraan bersama.
Let’s lead better.