Posted on 02-Jun-2021
Sebagai Empowered Employee (karyawan yang berdaya), kita tentu akan mengambil TANGGUNG JAWAB PRIBADI terhadap motivasi dan engagement kita sendiri di tempat kerja. Kita tidak akan membiarkan diri kita menumbuhkembangkan “mentalitas korban” dengan mengeluh, pasrah pada kondisi, menunggu perintah, ataupun menyalahkan keadaan.
Mari kita pahami dulu hal-hal apa yang bisa membuat kita ter-motivasi di tempat kerja dan hal-hal apa yang bisa membuat kita de-motivasi. Dan apa yang perlu kita lakukan untuk menjaga api inspirasi kita di tempat kerja.
Ada 3 kebutuhan dasar psikologis kita yang jika terpenuhi dengan optimal akan mem-boosting motivasi dan engagement kita di tempat kerja, yaitu CHOICE, CONNECTION, dan COMPETENCE (studi dilakukan oleh Susan Fowler).
Adalah kebutuhan kita untuk mempersepsikan diri bahwa kita punya pilihan. Kebutuhan untuk merasa bahwa apa yang kita lakukan adalah berdasarkan kehendak kita sendiri. Ini adalah persepsi bahwa kita sendiri-lah yang menjadi sumber perilaku kita.
Dalam konteks “Choice” ini, biasanya yang membuat anda menjadi dis-engaged dan demotivasi di tempat kerja adalah ketika:
Yang bisa anda lakukan:
Adalah kebutuhan kita untuk menunjukkan kepedulian dan mendapatkan kepedulian dari orang lain. Ini adalah kebutuhan untuk merasa terhubung dengan orang lain tanpa khawatir adanya motif terselubung. Ini adalah kebutuhan kita untuk merasa bahwa kita berkontribusi terhadap sesuatu yang lebih besar dari diri kita.
Jadi, hal yang membuat anda dis-engaged dan demotivasi di tempat kerja adalah ketika kebutuhan “connection” anda terkait relasi dan makna / purpose pekerjaan tidak terpenuhi. Misalnya:
Yang bisa anda lakukan:
Adalah kebutuhan kita untuk merasa efektif saat berhadapan dengan kesempatan dan tantangan dalam keseharian. Suatu kebutuhan untuk menunjukkan ketrampilan / keahlian sepanjang waktu. Ini adalah perasaan mengenai bertumbuh dan berkembang.
Dalam konteks “Competence” ini, biasanya yang membuat anda menjadi dis-engaged dan demotivasi di tempat kerja adalah ketika:
Yang bisa anda lakukan:
3C ini memiliki keterkaitan yang erat satu sama lain. Contoh: misalkan anda ingin men-submit laporan sales ke kantor pusat , namun leader anda meminta agar anda selalu mengirimkan laporan tersebut kepada dia terlebih dahulu agar dapat ia edit dan ia submit sendiri ke kantor pusat. Leader anda melakukan “micromanaging” pada anda – mengontrol pekerjaan anda dan tidak membiarkan anda berpikir mandiri. Anda takut untuk komplain karena anda pernah melihat apa yang terjadi pada karyawan lain ketika komplain kepada leader anda. Hal ini bisa mengikis “sense of choice” anda.
Kemudian disinilah terjadi efek domino yang bisa mengikis engagement dan motivasi kerja anda. Kekurangan akan “sense of choice” membuat anda tidak yakin akan “Competence” anda sendiri. Ketidakmampuan anda menghadapi kontrol berlebih dari leader anda atau politik kantor yang terlibat didalamnya, membuat “sense of competence” anda semakin terkikis.
Gaya kepemimpinan yang tidak efektif, insensitivitas, dan self-interest dari leader anda ini bisa mengikis “sense of connection” anda dengannya. Lalu dengan didorong oleh keterpaksaan dan rasa takut, anda mengerjakan laporan sales tersebut sekenanya. Anda tidak peduli dan tidak mau memberikan kreativitas dan usaha ekstra pada laporan tersebut, karena toh nanti juga dirubah oleh leader anda.
Lalu anda pun berkata pada diri anda sendiri: “ah sudahlah, yang penting aku kerja supaya dapat gaji dan bisa bertahan hidup.” Akhirnya hal ini malah semakin mengikis motivasi anda di tempat kerja. Lalu anda pun berpikir, jika kondisi ekonomi sudah lebih baik dan ada perusahaan lain yang membuka lowongan, maka anda akan pindah.
Unsur 3C ini saling berkaitan satu sama lain. Jika satu unsur tidak terpenuhi, akibatnya unsur yang lain pun juga akan terkikis. Sebaliknya, jika unsur 3C ini bisa terpenuhi maka kita akan lebih termotivasi, terinspirasi, memiliki energi positif, vitalitas, dan sense of well-being yang kuat.
Mari ambil tanggung jawab pribadi untuk memenuhi unsur 3C ini dalam diri kita.
Reference: "Why Motivating People Doesn't Work, and What Does" by Susan Fowler, BK Publishers, Inc, 2014.